Kalau anak sering mengadu berkaitan dengan penerimaan dirinya dalam arti ia berharap mendapat pujian atau penghargaan dengan mengonfirmasikan suatu kejadian dengan nilai-nilai yang dimilikinya dari lingkungan, maka orangtua tetap harus meresponsnya secara positif. Orangtua bisa membenarkan nilai-nilai positif yang diacu oleh anak dan memintanya untuk terus mengupayakannya. Namun, ajarkan juga sikap untuk tidak melihat perbedaan, kekurangan, kesalahan, nilai-nilai negatif orang lain dan membandingkannya dengan nilai dirinya yang dianggap positif. Merasa paling benar di antara yang lain merupakan sikap yang tidak bijak.
Bila si prasekolah mengadu dengan maksud mencari perhatian orangtua/guru, maka orangtua/guru harus bijaksana menyikapinya. Tidak dengan hanya menerimanya tetapi juga mengajaknya mencari solusi. Sikapi pengaduan anak dengan seimbang. Termasuk, tidak memarahi anak meskipun apa yang diadukannya tidak benar. Ajaklah anak untuk membicarakan masalahnya, mengapa ia mengatakan cerita yang tak sesuai dengan kenyataan, misalnya. Jelaskan mengapa anak tidak boleh melakukannya lagi.
Jika anak mengadu karena ingin lepas tangan dari permasalahan dan menyerahkannya kepada orang lain, maka latih dia untuk menyelesaikan masalah sesuai kemampuannya. Misal, “Bu, tadi Kakak tendang-tendang aku.” Orangtua bisa menanyakan, ”Waktu Kakak menendang, apa yang kamu lakukan?” Dengan begitu, anak jadi tahu bahwa ia harus bisa mengatasi masalah dengan caranya sendiri. Misal, ketika ada temannya menyerobot antrean, anak bisa bilang pada si teman, “Hai, antre dong!” Dengan diajarkan dan dilatih seperti itu, jika suatu ketika anak menemui kejadian serupa dia akan mencoba mengatasi masalahnya tanpa harus mengadu pada orang lain.
Jika perilaku mengadu anak muncul akibat peniruan terhadap orangtua, mulai sekarang berubahlah. Bagaimanapun juga anak akan belajar dari contoh yang ada di lingkungannya.
http://www.tabloid-nakita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar