Jumat, 05 April 2013

Infeksi Saat Hamil Tingkatkan Risiko Autisme pada Anak Hingga 43%


Jakarta, Autisme merupakan sindrom kompleks yang penyebab utamanya belum diketahui. Tetapi beberapa faktor lingkungan diduga dapat meningkatkan risiko autisme pada anak, misalnya seperti peradangan atau infeksi yang terjadi selama kehamilan.

Hati manusia memproduksi C-reactive protein (CRP) yang jumlahnya akan meningkat ketika terjadi peradangan atau infeksi di seluruh tubuh bagian manapun.

Peneliti menganalisis sampel darah dari wanita hamil di Finlandia, yang terdiri dari 1,6 juta spesimen dari sekitar 810.000 wanita. Kemudian peneliti menganalisis tingkat CRP dalam serum ibu hamil tersebut untuk mengetahui apakah terjadi infeksi selama kehamilan.

Hasilnya ternyata menunjukkan bahwa sekitar 677 kasus anak autisme, diketahui lahir dari ibu yang memiliki tingkat CRP yang tinggi atau pernah mengalami infeksi. Ibu hamil yang berada pada tingkat CRP tertinggi, memiliki peningkatan risiko autisme sebanyak 43 persen di luar faktor usia ibu, usia ayah, jenis kelamin, kelahiran sebelumnya, status sosial ekonomi, kelahiran prematur atau berat lahir bayi.

"Peningkatan CRP merupakan sinyal bahwa tubuh sedang mengalami respon terhadap peradangan, misalnya infeksi virus atau bakteri," kata Alan Brown, MD, pemimpin penelitian dari Columbia University College of Physicians and Surgeons, seperti dilansir emaxhealth, Selasa (29/1/2013).

Semakin tinggi tingkat CRP pada ibu, semakin besar risiko autisme pada anak. Brown menyatakan bahwa seorang wanita harus lebih memperhatikan kesehatannya agar tidak terinfeksi virus atau bakteri yang meningkatkan risiko autisme pada anak.

Berikut adalah tips yang perlu diperhatikan oleh wanita hamil untuk mencegah infeksi dan menurunkan risiko autisme pada anak:

1. Lebih sering mencuci tangan
Salah satu cara untuk menghindari infeksi adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama setelah melakukan pekerjaan berikut:

- menggunakan kamar mandi
- menyentuh daging mentah, telur mentah, atau mencuci sayuran
- menyiapkan makanan dan makan
- berkebun atau menyentuh kotoran atau tanah
- menyentuh hewan peliharaan
- berada di sekitar orang yang sakit
- menyentuh air liur (ludah)
- merawat dan bermain dengan anak-anak
- mengganti popok

Jika sabun dan air mengalir tidak tersedia, Anda dapat menggunakan alkohol berbasis gel pembersih tangan.

2. Jangan berbagi alat makan dengan anak-anak
Anak-anak lebih mudah terinfeksi bakteri dan virus saat bermain di luar rumah dan dapat menularkannya kepada anggota keluarga yang lain melalui air liur atau urin. Cucilah tangan Anda setelah mengganti popok anak dan jangan menggunakan alat makan yang sama dengan anak.

3. Masak daging hingga benar-benar matang
Daging mentah atau daging setengah matang mungkin mengandung bakteri berbahaya, sehingga pastikan untuk memasak daging hingga benar-benar matang.

4. Hindari susu atau produk susu yang tidak dipasteurisasi
Jangan minum susu atau makan keju yang tidak disertai label pasteurisasi. Produk yang tidak dipasteurisasi dapat mengandung bakteri berbahaya.

5. Jauhi tikus liar atau hewan peliharaan dan kotorannya
Beberapa tikus liar dapat membawa virus berbahaya dan kotoran hewan peliharaan mungkin mengandung parasit. Jangan melakukan kontak langsung dengan kotoran hewan dan cucilah tangan hingga bersih setelah menyentuh hewan peliharaan.

6. Mendapatkan pengujian penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV dan hepatitis B
Beberapa orang yang memiliki HIV, hepatitis B, atau PMS tidak merasa sakit, sehingga penting bagi wanita hamil untuk mendapatkan uji laboratorium dan memastikan bahwa diri Anda bebas dari penyakit tersebut.

7. Vaksinasi
Beberapa vaksinasi dianjurkan oleh dokter sebelum hamil, selama hamil atau setelah melahirkan. Vaksinasi yang tepat pada waktu yang tepat dapat membantu ibu hamil dan bayi agar tetap sehat.

8. Hindari orang yang telah terinfeksi
Jauhi orang-orang yang Anda tahu memiliki infeksi, seperti cacar air atau rubella.
 


http://health.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar