Untuk mengetahui penyebab kematian janin dalam rahim (KJDR) dapat dilakukan pemeriksaan berikut:
Otopsi perinatal
Sebenarnya, pemeriksaan yang paling bernilai adalah otopsi perinatal karena pemeriksaan ini dapat memberikan informasi berharga tentang hampir semua penyebab potensial kematian janin.
Otopsi dapat mengidentifikasi kelainan intrinsik seperti malformasi dan kelainan metabolik, bahkan kelainan ekstrinsik seperti hipoksia dan infeksi. Tapi tidak semua negara melakukan otopsi perinatal secara luas.
Jika keluarga menolak otopsi, maka tidak diperkenankan melakukan dan dapat dilakukan pemeriksaan lainnya.
Berikut ini adalah gambaran kematian janin: Pada sebelah kiri adalah janin yang mengalami maserasi akibat lilitan tali pusat. Sedangkan disebelah kanan adalah plasenta.
Kultur plasenta
Pemeriksaan ini juga sangat penting karena dapat mengidentifikasi adanya infeksi, anemia, hipoksia dan trombofilia. Pasien jarang keberatan terhadap pemeriksaan ini.
X-Ray postmortem dan MRI
Dapat dilakukan jika tidak ada otopsi.
Pemeriksaan kariotip
Diperlukan pada kasus kematian janin khususnya yang tampak memiliki kelainan fisik. Beberapa kasus kematian janin sulit mengkultur sel fetus untuk mendapatkan kariotipnya.
Hal ini disebabkan panjangnya waktu interval antar kematian janin dan waktu partusnya. Salah satu strategi yang penting untuk mendapatkan kariotip yang baik adalah melakukan Amniocentesis sebelum persalinan.
Analisa kromosom
Analisa kromosom dilakukan jika pemeriksaan kariotip gagal.
Skrining terhadap Hemoragik Feto-Maternal
Dianjurkan karena pemeriksaan ini tidak mahal, tidak invasif dan kelainan oleh sebab ini cukup banyak.
Kleihauer-Betke test
Skrining sel darah fetus dalam sirkulasi maternal.
Kultur sel fetus dan pemeriksaan serologi
Untuk mengetahui adanya infeksi.
Pemeriksaan rutin terhadap APS dan tombofilia
Pemeriksaan ini masih dipertanyakan kegunaannya. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila ada sejarah penyakit trombosis vaskuler, infark plasenta, preeklamsia yang terjadi pada trimester kedua dan mendekati trimester ketiga.
Skrining antibodi (Coomb’s indirect)
Berguna untuk menyingkirkan Alloimunisasi eritrosit.
Otopsi perinatal
Sebenarnya, pemeriksaan yang paling bernilai adalah otopsi perinatal karena pemeriksaan ini dapat memberikan informasi berharga tentang hampir semua penyebab potensial kematian janin.
Otopsi dapat mengidentifikasi kelainan intrinsik seperti malformasi dan kelainan metabolik, bahkan kelainan ekstrinsik seperti hipoksia dan infeksi. Tapi tidak semua negara melakukan otopsi perinatal secara luas.
Jika keluarga menolak otopsi, maka tidak diperkenankan melakukan dan dapat dilakukan pemeriksaan lainnya.
Berikut ini adalah gambaran kematian janin: Pada sebelah kiri adalah janin yang mengalami maserasi akibat lilitan tali pusat. Sedangkan disebelah kanan adalah plasenta.
Kultur plasenta
Pemeriksaan ini juga sangat penting karena dapat mengidentifikasi adanya infeksi, anemia, hipoksia dan trombofilia. Pasien jarang keberatan terhadap pemeriksaan ini.
X-Ray postmortem dan MRI
Dapat dilakukan jika tidak ada otopsi.
Pemeriksaan kariotip
Diperlukan pada kasus kematian janin khususnya yang tampak memiliki kelainan fisik. Beberapa kasus kematian janin sulit mengkultur sel fetus untuk mendapatkan kariotipnya.
Hal ini disebabkan panjangnya waktu interval antar kematian janin dan waktu partusnya. Salah satu strategi yang penting untuk mendapatkan kariotip yang baik adalah melakukan Amniocentesis sebelum persalinan.
Analisa kromosom
Analisa kromosom dilakukan jika pemeriksaan kariotip gagal.
Skrining terhadap Hemoragik Feto-Maternal
Dianjurkan karena pemeriksaan ini tidak mahal, tidak invasif dan kelainan oleh sebab ini cukup banyak.
Kleihauer-Betke test
Skrining sel darah fetus dalam sirkulasi maternal.
Kultur sel fetus dan pemeriksaan serologi
Untuk mengetahui adanya infeksi.
Pemeriksaan rutin terhadap APS dan tombofilia
Pemeriksaan ini masih dipertanyakan kegunaannya. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila ada sejarah penyakit trombosis vaskuler, infark plasenta, preeklamsia yang terjadi pada trimester kedua dan mendekati trimester ketiga.
Skrining antibodi (Coomb’s indirect)
Berguna untuk menyingkirkan Alloimunisasi eritrosit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar